Pertama kali aku melakukannya, beban terasa sangat berat di tubuhku, dihatiku. Aku hanya memiliki sepotong roti kecil, tiba-tiba datang kepadaku sesosok nenek tua menceritakan kelaparan yang hinggap di hidupnya sejak saat itu, singkatnya keluarganya telah pergi. Kau tahu? aku hanya anak jalanan yang terpaksa mengkoleksi botol bekas minuman ringan yang terlantar menghiasi sudut-sudut kota. Karenanya hatiku berat.
“Oh tidak, sejujurnya perutku juga sangat kelaparan”, bisikku dalam hati. Tapi apalah daya, hatiku seakan tak menerima keluhan yang ku alami. Ku tengok kekanan dan kekiri, “mengapa tak ada yang datang kepada kami?”, hatiku berbisik dengan harapan ada orang yang menghampiri. Ya, semua orang sibuk dengan dunianya sendiri-sendiri, hingga aku merasa, “mungkin kami, si miskin dan si kaya hidup berdampingan namun beda dimensi”.
Ku tatap lagi nenek tua yang ada didepanku sambil ia meneruskan ceritanya sedikit demi sedikit. Baiklah, aku mengerti, ku berikan roti kecilku kepadanya. Ia berterima kasih kemudian duduk kembali, mengisi tubuh tuanya yang rindu energi. “Nek, aku izin pergi dulu untuk mencari sebagian rizki”, ku katakan kepadanya. Ia tersenyum dan menyatukan kedua telapak tangannya tanda terima kasih.
“Kemana aku mencari rizki malam-malam begini?”, aku bertanya kepada diri sendiri. Rintik hujan juga serperti tak mengizinkan ku bekerja lagi. Kuputuskan tidur dan menahan lapar hingga esok hari. Tak disangka, air mataku mengalir deras membasahin pipi.
Namun ada yang aneh kali ini, meski perutku sakit menahan lapar tapi aku seakan tak merasa sedih. Malam itu hatiku tenang dan merasa bersyukur kepada sang Pengasih. Ya, karena ini tangis haru bukan tangis sedih.
Di dunia ini mungkin orang-orang beriman yang memberikan kebaikan karena Allah tak mendapatkan perghargaan dari orang lain.
Di dunia ini mungkin orang-orang beriman yang mengorbankan dirinya karena Allah tak pernah dilihat orang lain
Namun kebaikan dan pengorbanan yang kita berikan ikhlas karena Allah akan kembali lagi kepada kita. Dan segera, kita akan menyadari meskipun mungkin awalnya terasa pahit, sesungguhnya kita sedang belajar merasakan kebahagiaan dunia yang sebenarnya.
Karena kita bisa melakukannya, melakukan kebaikan meski berat awalnya. Berbagi kebahagiaan meski sedikit yang kita punya. Tidak terasa, ternyata kita sedang menabung juga untuk kenikmatan surga.
Oh ya, maaf jika aku lupa mengatakan kepada mu sebelumnya. Esok harinya, nenek tua itu membawakan ku sarapan pagi (:
Karena ini tangis haru bukan tangis sedih.
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu”. (Qs 2 Al Baqarah : 25)


