Parenting : Kertas Kosong

Banyak orang mendambakan seorang anak. Bukan hanya kehadiran fisiknya, namun juga keindahan akhlaknya kepada kita orang tuanya. Bahkan ada yang memikirkan nama untuk mereka sebelum menikah. Memimpikan mereka bermanfaat bagi dunia, terlebih di akhirat nanti. Namun tidak jarang ini hanya menjadi perhatian dalam angan-angan saja, kita sebagai orang tua tidak benar-benar menginginkan kebaikan untuk mereka. Jika iya, semestinya kita belajar untuk membantu mereka tumbuh dengan sebaik-baiknya.

Jikalau perihal smartphone saja kita tidak akan membiarkan orang lain memasukkan aplikasi yang tidak kita inginkan, apalagi virus yang dapat merusak. Rumah kosong yang baru kita beli hanya akan kita isi dengan barang-barang yang sekiranya membawa manfaat dan kebaikan bagi keluarga, jika perlu kita beli tanah yang kosong dan mendesain rumah kita sendiri. Kemudian bagaimana bisa kita menyerahkan anak-anak kita yang masih kosong di isi oleh orang lain? Sementara kita bekerja, kita menyerahkannya kepada pengasuh. Sungguh hal yang tidak mencerminkan kasih sayang.

Karena seseorang belajar hingga ketingkat tertinggi untuk menjadi ayah dan ibu. Apa yang kita tanam adalah apa yang kita tuai. Bagaimana jika mereka, orang lain yang menjaga tanah kita, dengan sengaja atau tidak menanam pohon berduri, apa yang akan kita dapat? Seperti Kertas kosong yang kita tidak mau orang lain mencorat-coretnya. Maka berikan yang terbaik kepada anak-anak kita bahkan semenjak di dalam kandungan. Agar mereka juga menjadi kebaikan kepada seluruh dunia. Menjadi penolong di akhirat kepada keluarganya.

“Seorang bayi tak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia berada dalam kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang tuanyalah yg akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi..” (HR Bukhari : 1271)

Share to ur friends~

Related Posts