Bos X Karyawan

Sedih rasanya ketika melihat seseorang bertengkar dengan keluarga mereka sendiri, apalagi kalau terjadi dengan diri sendiri. Sampai kadang atau bahkan seringnya kita secara tidak sadar mengaliri air mata.

Seriiing sekali setan membuat kita jadi pribadi yang ramah dan lembut ketika menyikapi orang asing, agar kesan terhadap diri ini tetap baik dan bewibawa, apalagi jika ada profit tambahan (uang, tahta, wanita/pria).

Sedangkan ketika dengan orang terdekat seketika kita menjadi “apa adanya” (what?). Terdengar seperti “apa adanya” nya orang yang malas berusaha, seperti anak muda pemabuk yang sehat dan bugar tidak mau bekerja kemudian mengatakan “Aku ingin orang menerimaku apa adanya”.

Tidak, itu bukan “apa adanya (yang baik)”, itu hanya alasan dan pengalihan. Kita hanya tidak dapat melihat kebaikan, kelucuan, dan keindahan orang terdekat kita, karena mata kita terhalang kebusukan dunia.

Bahkan banyak orang pincang yang tidak mau menerima perlakuan dunia dengan “apa adanya”, ia masih tetap berusaha sekuat tenaga untuk dapat berjalan lagi ke masjid sambil bersyukur kepada Allah dengan menerima kakinya yang pincang “apa adanya”. Jadi disini kita tahu bahwa di dunia ini ada dua macam “apa adanya”.

Selain di rumah, tempat kita mencari nafkah juga termasuk keluarga. Kita akan mengingat bahwa Allah, Tuhan yang Maha Pengasih mengajarkan bahwa keluarga tidak hanya terbentuk dari hubungan darah tapi juga melalui koneksi hati dan visi. Sebagaimana koneksi super power Nabi ﷺ dengan para sahabat.

Daripada kita menghabiskan energi dengan saling bersaing untuk “hanya” mengambil “keuntungan” (kecil), melihat mereka hanya sebagai kolega beban, pemimpin perfeksionis, atau karyawan pencetak uang.

Saling menggibah satu sama lain tanpa tujuan yang baik dengan teman (orang asing) yang sangat merugikan diri sendiri. Akhirnya membuat suasana hati menjadi buruk dan apapun yang kita kerjakan menjadi terasa sangat berat. Terdengar melelahkan bukan?

Lebih baik berusaha menebarkan energi positif dengan setidaknya memperlakukan mereka, keluarga kita dengan baik, lebih baik daripada kita memperlakukan orang asing dan kucing peliharaan kita.

Mungkin kita bisa memulainya dengan dua kata ajaib, yaitu meminta “maaf” ketika melakukan kesalahan dan mengirimkan pesan “terima kasih” kepada mereka.

“Terima kasih telah menjadi kolega yang baik”
“Terima kasih telah menjadi karyawan yang hebat”
“Terima kasih telah menjadi pemimpin yang sabar dan terus membimbing”

Jadi belajarlah menikmati indahnya berpikir positif. Mereka kolega yang menemani dan membantu pekerjaan kita, pemimpin yang membimbing sekaligus menggaji kita, dan karyawan yang mengisi misi dalam visi perusahaan kita.

Indah sekali rasanya jika kita sebagai teman seperjuangan pencari nafkah dan pengejar mimpi dapat lebih dekat, lebih mengerti, saling mengisi hati ketika jatuh, dan saling mendukung untuk terus berjuang menanjak keatas.

“Rasulullah shallallau ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.”(HR. Tirmidzi no. 3895, Ibnu Majah no. 1977, Ad Darimi 2: 212, Ibnu Hibban 9: 484. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Share to ur friends~

Related Posts