Dahulu aku sering bertanya, kenapa sepertinya takdir terlihat tidak adil. Ada yang benar-benar kaya dan membuang-buang hartanya, sementara si miskin terseok-seok mengorek-ngorek sampah. Kenyataannya mereka hidup berdampingan.
Jadi malam itu aku bertemu dengan mantan bos ku yang terlihat muram, keningnya berkeringat deras. Kami bertemu, saling memberi salam, dan menyapa. Satu jam lebih aku mendengar ceritanya, kalian tahu? ia menangis! Segala hal yang kudengar malam itu adalah tentang jurang hidupnya . Dengan semua aset yang dia miliki tak juga dapat menenangkan hatinya.
Disisi lain, setiap hari aku sering bertemu para pemulung. Memperhatikan mereka menjadi kenikmatan tersendiri dihatiku. Aku sering bertanya-tanya sendiri, apa yang membuat mereka tersenyum bahkan tertawa segembira itu. Dan ada satu hal yang membuat ku iri, darimana mereka mendapatkan ketegaran, keteguhan, dan kekuatan sebesar itu yang membuatku terlihat lemah.
Untuk catatan saja, aku sedang tidak fokus membahas harta disini. Maksudku, entah berada dimana, posisi sebagai apa, seberapa banyak harta yang kita miliki, kita sama-sama memiliki kesedihan tersendiri, kita sama-sama memiliki kebahagiaan tersendiri. Ujian itu akan datang menghampirimu.
Dan kita hanya memiliki satu jalan keluar! Kekuatan itu ada, senyum itu ada, kebahagiaan itu ada, ketenangan itu ada, hanya jika Allah bersama kita, dihati kita. Karena kita sama, sama sedih sama tawa, kemudian Allah menyatukan kita dalam islam.
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Ar Ra’d 13 : 28)


